Indonesia.go.id – Tradisi Menganyam Purun dan Potensinya di Lahan Gambut

Dari Hutan Gambut hingga Anyaman Mewah: Seni Tradisional Indonesia yang Lestari

Indonesia, negeri kepulauan yang kaya akan budaya, menyimpan beragam seni daerah yang tak ternilai. Salah satunya adalah seni anyaman, warisan leluhur yang telah dipraktikkan selama berabad-abad, bahkan mungkin ribuan tahun. Teknik menganyam, yang awalnya mungkin terinspirasi dari kecerdikan burung yang merangkai ranting, telah berkembang menjadi bentuk seni yang kaya dan beragam, mencerminkan kearifan lokal dan keunikan masing-masing daerah.

Bayangkan, sejak zaman dahulu, dinding rumah-rumah masyarakat Melayu dihiasi anyaman buluh dan nipah, menciptakan suasana sejuk dan teduh. Bukan sekadar hiasan, anyaman juga berfungsi sebagai wadah, alas tidur (tikar), topi, hingga tudung saji. Bahannya pun beragam, mulai dari rotan, pandan, bengkuang, hingga palma dan nipah – semua berasal dari kekayaan alam sekitar. Uniknya, seni anyaman awalnya lebih diutamakan nilai guna ketimbang estetika, meski bukti penggunaan tikar anyaman di istana pada abad ke-18 menunjukkan apresiasi seni ini di kalangan ningrat.

Waktu pun berperan penting dalam proses menganyam. Pagi atau malam hari, saat cuaca sejuk dan daun-daun lebih lentur, menjadi waktu ideal bagi para pengrajin. Kegiatan menganyam seringkali dilakukan secara berkelompok, menciptakan keakraban dan mempererat tali silaturahmi di petang atau malam hari.

Namun, perjalanan seni anyaman tak berhenti di situ. Di lahan gambut – paru-paru dunia yang rentan – seni ini memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Purun (Eleocharis dulcis), tumbuhan yang tumbuh subur di rawa-rawa gambut, menjadi bahan baku anyaman yang istimewa. Menganyam purun, selain menghasilkan produk kerajinan yang bernilai ekonomis seperti tikar dan topi, juga menjadi cara lestari dalam memanfaatkan sumber daya alam. Bayangkan, penggunaan purun sebagai bahan baku anyaman mencegah hilangnya tumbuhan ini yang semakin langka akibat perambahan lahan untuk perkebunan sawit dan kebakaran gambut.

Di Desa Tambak Sari Panji, Kalimantan Selatan, misalnya, mencari purun kini membutuhkan usaha ekstra. Para pengrajin harus menyusuri rawa dengan perahu untuk menemukannya. Namun, keuletan mereka menunjukkan komitmen untuk melestarikan tradisi dan sumber penghidupan.

Budidaya purun, selain menjaga kelestarian lahan gambut dan keanekaragaman hayati di dalamnya, juga berdampak positif bagi perekonomian masyarakat. Tak hanya sebagai bahan kerajinan, purun juga dipercaya mampu melindungi tanaman petani dari hama, khususnya tikus.

Seni anyaman purun, lebih dari sekadar kerajinan tangan, merupakan bukti harmoni antara manusia dan alam, sebuah warisan budaya Indonesia yang patut dihargai dan dilestarikan untuk generasi mendatang. Keindahan dan nilai ekonomisnya menawarkan potensi besar dalam pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *